Wednesday, October 19, 2011

Rahsia Cahaya


  http://mrsmmersing.blogspot.com/2011/09/rahsia-cahaya.html


Bismillah ir-Rahman ir-Raheem

Oleh M. Siddiqui , Ziad Sidawi

Menuju Pemahaman Rahasia Kerajaan Kenabian

Sejatinya (Sifat) Cahaya

Jika bagaimanapun mencapai kecepatan cahaya, waktu berhenti sama sekali. Cahaya
= Waktu

Mereka menghitung kecepatan cahaya adalah 186,000 mil per detik. Methoda normal menghitung kecepatan dalam relativitas adalah diambil sebagai contohnya sebuah gelombang suara. Mereka mencatat
bahwa gelombang itu bergerak pada kecepatan 1088 ft/per detik. Jika anda bergerak pada kecepatan 1000 ft. /detik dan sebuah gelombang suara juga bergerak dengan arah yang sama, anda akan mengamati
gelombang itu begerak dengan kecepatan 88 ft/detik. Begitu juga, untuk seorang pengamat yang bergerak dengan kecepatan 1088 ft/detik, kecepatan gelombang suara itu yang teramati adalah nihil.
Juga (kalau) bergerak dengan arah berlawanan, anda akan menambahkan selisih kedua kecepatan itu jika
menghitung dengan cara Fisika Newtonian klasik.

Mereka juga mencatat bahwa dengan gelombang suara diperlukan sebuah medium (perantara) untuk merambat, sehingga suara tidak merambat dalam sebuah ruang hampa. Pada sisi lain Cahaya tidak
memerlukan sebuah medium untuk merambat dan tidak seperti gelombang suara, kecepatannya yang teramati tidak berubah terhadap kecepatan atau arah sang pengamat. Maka meskipun untuk seseorang yang bergerak dengan kecepatan 100,000 miles/detik, kecepatan teramati
dari cahaya itu masih tetap 186,000 mil/detik, kecepatan yang sama seperti jika pengamat itu diam di tempat.


Ini adalah teori relativitas yang tersohor itu. Ini adalah sebuah fenomena yang adalah sangat nyata sekali bukan intuisi dan sesungguhnya belum dapat
diterangkan oleh para ilmuwan – hanya bisa diamati dan dikembangkan (teori lanjutannya) dari situ.


Hal ini diterima secara universal meskipun sangat pelik untuk dimengerti, kecepatan cahaya adalah tetap untuk semua pemantau / pengamat tanpa tergantung dari kecepatan dan arah (pengamat itu). Einstein
menerangkan bahwa ketika sebuah benda bertambah kecepatan nya, mendekati kecepatan cahaya, panjang fisiknya berkurang, dan massanya bertambah. Jadi kita mendapatkan sebuah benda hitam (black hole)
memiliki massa tak terbatas namun tanpa ukuran.


Ketika sebuah benda mendekati kecepatan cahaya, waktu menjadi melambat namun kecepatan cahaya tetap konstan. Jadi jika dia bergerak pada 185,999 mil/detik, cahaya masih bergerak
mendahului dia pada kecepatan 186,000 mil/detik. Dia tidak akan “memecahkan batas (kecepatan) cahaya”, tak seorangpun dapat mendekati nya. Namun jika sekiranya dia mencapai
kecepatan cahaya, waktu berhenti sama sekali (baginya).


Aspek kelakuan cahaya yang ini membuat para ilmuwan fisika terperangah dalam ketakjuban dan keheranan: bahwa dia dapat menyesuaikan kelakuannya yang teramati berdasarkan
pengamat yang mengamatinya. Dan lebih jauh tentang hal ini kita bicarakan lagi nanti

Mawlana menjelaskan bahwa Nabi s.a.w. selalu bertambah ilmunya, dan bergerak naik dalam tingkatan (spiritual) nya, mithlayn mithlayn, setiap saat berlipat dua. Apa ini artinya, dalam
kaitannya dengan relativitas umum adalah bahwa ketika Nabi s.a.w. meningkat naik ilmunya, apa yang terbuka baginya adalah sesuatu keilmuan yang lain lagi, karena cahaya itu, yang disini
mewakili ilmu, selalu bergerak lebih cepat dari kecepatan apapun yang anda capai dan kecepatan (cahaya) nya itu selalu sama, meskipun jika sekiranya anda mencapai suatu
kecepatan yang secara infinitesimal mendekati kecepatan (cahaya) itu.

Wa fawqa kulli dhi `ilmin `aleem

Ini diterangkan bahwa apapun tingkat ilmu yang anda capai, anda mendapati anda belum kemana mana, karena masih ada yang lebih tinggi lagi.

Ini juga mengingatkan kita kepada peranan Cahaya dan Pengamatan di dalam penciptaan Nabi s.a.w. dan telah di-Dandani-nya beliau s.a.w. oleh Allah dibawah Pandangan Ilahiah sebelum
penciptaan seluruh makhluq lainnya. Pada saat itu belum terdapat ciptaan apapun kecuali Cahaya Nabi s.a..w., al-haqiqat al-Muhammadiyya, yang berputar putar di dalam Bahr al-qudra.
Mawlana menjelaskan bahwa pada saat itu, Allah mengirimkan Pandangan Ilahiah Nya pada Nabi s.a.w. 70,000 kali dalam setiap saat / detik nya.
Pada saat ini, diketahui bahwa melalui cahaya seseorang dapat mengirimkan sejumlah banyak sekali informasi secara digital dalam waktu yang sangat singkat. Kini, dengan ditemukannya
sambungan data optik fiber, kita telah melihat data percepatan melonjak beberapa kali. Seseorang kini dapat menyambungkan speaker nya via optik-fiber ke sebuah sistem stereo.
Penggerak piringan (disk drives) disambungkan secara optis pada jaringan fiber sebagaimana komputer, memungkinkan informasi dikirimkan dengan kecepatan Gigabit.
Dan kita tahu bahwa para awliya menggunakan cahaya sebagai cara untuk memancarkan kekuatan spiritual.

Ketika seorang Shaykh menginginkan menghadiahi seorang muridnya dengan amaanat spiritual nya, dia akan memandang ke dalam matanya, dan menuangkan ilmu yang berada dalam
qalbunya ke dalam qalbu muridnya melalui pandangan mata hati (visi). Itu adalah transmisi cahaya. Jadi ketika Nabi s.a.w. sedang berputar di dalam Hadhirat Ilahi, di bawah nadhra,Allah dengan
frekwensi 70,000, beliau sedang didandani melalui cahaya Pandangan Allah, dengan ilmu alam bentuk gelombang. Gelombang di dalam gelombang, dalam hakikatnya samudera Cahaya
Ilahiah disorotkan kepada Dzat Nabi s.a.w.., al-haqiqat al-Muhammadiyya dan di dalam proses itu informasi dimasukkan ke dalam pemahaman Nabi s.a.w., `aql atau kesadarannya. Dengan
cara itu Nabi dinaikkan (tingkatnya) dalam setiap detiknya, tingkat demi tingkat dari Ilmu Ilahiah, dan tetap berlangsung secara demikian sampai saat ini.

Berdasarkan konsep relativitas umum ini, para ifisikawan bahkan berdebat tentang sebuah alam semesta (universe) tak berhingga (infinite) di dalam ruang yang terbatas,dengan menyatakan
bahwa jika kecepatan galaxy meningkat (sebanding dengan) lebih jauhnya mereka dari pusat ledakan agung, maka ketika diamati kecepatannya mendekati dekat sekali dengan kecepatan
cahaya, bentuk ruang mereka dalam arah gerakan mulai tertekan, “menggepengkan” mereka dalam arah gerakan.

Kita harus mencatat bahwa ketika para fisikawan belum pernah (melihat) apapun yang bergerak dengan kecepatan lebih cepat dari kecepatan cahaya, itu tidak berarti yang seperti itu tak terjadi
. Sesungguhnya, beberapa fisikawan telah memperkirakan (postulated) sebuah kelompok zarah (particles) yang disebut tachyons, yang batas kecepatannya tidak pernah kurang dari cahaya dan
yang pada kenyataannya bergerak mundur dalam waktu.

Photons dan bentuk lain radiasi electromagnetik tidak memiliki waktu, karena mereka bergerak pada kecepatan cahaya. Karena mereka nir waktu (timeless), mereka berada di mana mana
sepanjang jalurnya pada saat yang bersamaan. Dan jalur mereka adalah alam semesta ini

Dengan kata lain sekali sebuah gelombang dilepaskan, itu akan hadir dimana mana pada saat yang bersamaan. Dinyatakan secara lain, segala sesuatu di dalam alam semesta masa
lalu, masa kini dan masa datang tersambung dengan segala sesuatu lainnya, dalam sebuah jejaring radiasi elektromagnetik yang melihat segala sesuatu pada saat yang bersamaan.” John
Gribben, Fisikawan.

Dimengerti bahwa sekali anda memancarkan radiasi dalam bentuk apapun, itu menjadi tersedia ke setiap titik di dalam alam semesta ini secara bersamaan, karena sementara bagi pengamat itu
sendiri akan memakan waktu lama sekali untuk mencapai yang manapun dari tepian alam semesta, faktanya adalah bahwa jalur yang akan dilewati, yang senyatanya adalah seluruh alam
semesta ini, karena sebuah gelombang bergerak ke segala arah, dan karena gelombang itu tidak mengalami waktu apapun, itu langsung tersambung dengan tiap dan masing masing “sudut” alam
semesta ini.

Ketika kita mengucapkan Salawat/ Senandung Pepujian bagi Nabi, suara itu bergerak melalui medium di atmosphere, dalam sebuah medium yang akan mengurangi kekuatan akustiknya,
sejalan dengan jarak yang ditempuhnya. Namun apa yang kita tahu adalah bahwa otak manusia mengeluarkan gelombang otak, dan itu adalah sekedar niat dan perintah otak kepada lidah untuk
mengucapkan salawat itu. Jika anda memasang sebuah alat EKG pada otak manusia, anda mendapati sebuah gelombang yang ditimbulkan oleh niat untuk membuat salawat dan
berdasarkan pada diskusi di atas, gelombang salawat itu pada saat itu pula tersedia di seluruh alam semesta!

Jadi, dari sabda Allah, bahwa sekali anda berniat baik, itu sudah tertulis bagi anda sebagai sebuah amal baik dan itu akan mendapatkan pahala (hadiah). Adalah jelas dari pemahaman ini
bahwa dengan memiliki sebuah niat baik, segera itu tercipta dan dipancarkan ke alam semesta, dimana itu menjadi nir waktu dan siap dan menanti anda, dan akan memberi anda pahala, pada
saat kedatangan anda di Hari Pengadilan.

Jadi jelaslah sudah, bagaimana pada Hari Pengadilan salawat itu dikumpulkan dan dipersembahkan kepada Allah agar supaya sesiapa yang melakukannya mendapatkan
pahalanya itu. Teruslah diingat bahwa kapanpun salawat dilakukan, Allah memiliki malaikat malaikat yang mengulang salawat si pengucap itu dan (para malaikat itu) sebaliknya
mengucapkan salawat baginya (si pengucap) dan (juga) membuat istighfaar baginya – ini saat ini juga sangat nyata dapat terjadi bersamaan dengan pengucapan salawat itu, sesaat ini juga, tidak
peduli jarak mereka (para malaikat) dari orang tadi dekat atau jauh.

Segala sesuatu di alam semesta mengeluarkan gelombang elektromagneti agar supaya terjadi tindakan. Ini bahkan telah ditunjukkan kebenarannya pada tanaman dan bahkan sel sel. Semua
benda hidup pada dasarnya menggunakan gelombang elektromagnetik untuk berkomunikasi di dalam dari satu bagian ke bagian lainnya. Maka dari itu, bahkan tasbih nya tetanaman, sel sel
dan bentuk kehidupan yang terkecilpun sesungguhnya segera “tersedia” bagi seluruh alam semesta, sekali itu di-inisiasi (diawali)–dan inilah salah satu makna di belakang baraka dhikr dan
tasbih.

[Maka perlu orang beriman hati hati dan menyadari apa yang dipancarkan otak mereka untuk pemikiran apapun, segera menjadi nir waktu dan “disiarkan” ke seluruh alam semesta secara
bersamaan. Demikian sederhanalah bagi para malaikat pencatat untuk mencatat apapun yang diniatkan oleh seseorang– itu sudah tertanam ke dalam struktur alam semesta. Suatu waktu
seorang shaykh mengatakan kepada muridnya, kamu datang untuk salaat dan kamu berzina. Murid mengatakan, tidak saya tidak. Dia bilang, “Ya, kamu memandang pada perempuan itu
dengan nafsu.” Jadi murid itu sekali dia membuat pikiran itu, itu menjadi tersedia ke alam semesta dan mereka yang memiliki kemampuan untuk “memungut nya” , melakukan itu. Itulah
sebabnya pada Hari Pengadilan, panjang gelombang itu sudah hadir, dan shahadat dari limainderamu dan kaki dan tanganmu yang niatnya telah dibuat nir waktu melalui emisi
elektromagnetik ini.]

Hadith Qudsi 16:

Dengan otoritas putra Abbas (r.a.), dari Rasul Allah (s.a.w.), di antara ucapannya yang dia ceritakan dari Rabb S.W.T.nya adalah bahwa Dia bersabda:

Allah telah mencatat amal yang baik dan yang buruk. Kemudian Dia menjelaskan nya [dengan mengatakan bahwa] dia yang meniatkan sebuah amal baik dan belum
melaksanakannya, Allah mencatatnya dengan DiriNya sebagai perbuatan baik sepenuhnya, namun bila dia meniatkan dan telah melaksanakannya, Allah menulisnya
dengan DiriNya sebagai sepuluh perbuatan baik dari sepuluh kali lipat sampai tujuh ratus kali lipatnya, atau lebih banyak perkalian lagi. Tetapi kalau dia berniat (melakukan)
sebuah perbuatan buruk dan dia belum melakukannya, Allah mencatatnya dengan DiriNya sebagai sebuah perbuatan baik sepenuhnya, namun bila dia berniat buruk dan
telah melakukannya, Allah mencatatnya sebagai sebuah perbuatan buruk.

Itu diriwayatkan oleh al-Bukhari dan Muslim.

Jadi jika seseorang meningkatkan pemahamannya selangkah lebih jauh, itu menjadi nampak jelas bahwa pada saat penciptaan, Ledakan Agung itu sendiri, segala sesuatu benda segera
tersambung, masa lalu, masa kini dan masa datang dengan masa saat ledakan itu, kini dan akan datang untuk semua keberadaan alam semesta, sebagaimana tertulis di dalam sebuah buku.
Seluruh alam semesta ini menjadi ada bersamaan dengan ledakan agung itu, semburatnya cahaya yang dalam dirinya adalah nir waktu, dan yang berisi semua materi alam semesta itu
adalah tersambung (terkait) dengan seluruh benda benda secara sempurna. Dan, dengan setiap niat ciptaan untuk menetapkan sebuah tindakan, pancaran radiasi elektromagnetik telah
membawa niat itu ke dalam sebuah “buku amalan amalan” nir waktu, yang sejatinya mencapai mulai saat saat penciptaan itu pula sampai kepada kemusnahannya, tanpa perbedaan tentang
waktu apapun. Di dalam pengertian inilah mungkin bahwa orang dapat mengatakan segala sesuatu “telah ditulis” atau ditetapkan sebelumnya dan Allah paling mengetahui.

Jaffat il-aqlam wa rafa`at as-suhuf.

Yamhullaha ma yasha`u ya yuthbit wa `indahu umm ul-kitab.

Sebagaimana telah kita sebutkan terdapat tachyons, sesuai dengan spekulasi (perkiraan), dapat bergerak lebih cepat namun tidak sama dengan kecepatan cahaya, dan itu mungkin melalui
medium obyek inilah Allah menyesuaikan masa lampau, sebagaimana dalam yamhullaha ma yasha`u, dan hanya Allah mengetahui hakikat hal ini.

Dualitas (Sifat Ganda) Cahaya

Dalam tahun 1905 Einstein memperagakan bahwa cahaya memiliki sifat sifat bercitra partikkel dan gelombang pada saat yang sama : efek photoelectrik, yang untuk inilah dia kemudian
mendapat Hadiah Nobel.


Sejak saat itu, alam ganda yang menjadi ciri cahaya tadi telah menjadi dikenal sebagai Dualitas gelombang - partikel.

Melalui percobaan celah ganda (double-slit experiment), dalam tahun 1803, Thomas Young memperagakan bahwa cahaya ketika melalui sebuah celah sempit tunggal
menimbulkan sebuah citra baur (kabut) pada layar di belakang celah tadi, disebabkan oleh difraksi gelombang cahaya.

Jika ada dua celah sempit di hadapan berkas cahaya tadi, cahaya itu menghasilkan sebuah pola interferensi, seperti halnya melemparkan sebuah batu ke dalam air danau
dan ketika gelombang (yang timbul) itu mencapai sebuah jembatan dengan dua koldalam air, gelombang itu akan bergerak mengitari kedua kolom itu dan sampai di sisi
lain, dan akan saling berinteraksi dengan gelombang yang datang dari kolom yang lain, dan menguat amplitudonya di tempat mereka bergerak dalam arah yang sama dan turun
amplitudonya di tempat mereka bergerak dalam arah yang berlawanan.

• Inilah yang terjadi dalam percobaan dengan seberkas cahaya.
• Kini ketika mereka menggunakan sifat ganda cahaya, dengan menggunakan sifat partikelnya, mereka menembakkan satu partikel cahaya pada satu saat, melalui dua
celah ini, satu demi satu, bergantian antara kedua celah itu.
• Ketika setiap foton secara bergantian ditembakkan, kita akan mengharapkan (secara masuk akal) sebuah citra baur akan terbentuk, sebagaimana tejadi di dalam percobaan
pada satu celah.
• Namun sebaliknya, terbentuklah pola interferensi yang khas dari strip hitam putih jamak, persis seperti jika itu tadi berasal dari seberkas cahaya yang ditembakkan melalui kedua
celah secara bersamaan.
• Jadi partikel itu, pada dasarnya berperilaku seperti sebuah berkas cahaya, yang adalah sebuah fenomena gelombang.
Pokok masalahnya disini adalah, bagaimana foton itu tahu bahwa celah kedua terbuka atau tertutup? Karena setiap foton secara bertuturt turut ditembakkan satu demi satu. Namun
disamping itu, dia (foton itu) bertindak sama seperti sebuah gelombang. Inilah yang disebut “berkomunikasi” dalam dunia ilmu sains.

E.H. Walker menghitung bahwa foton mungkin memiliki kesadaran. Gary Zukov mengatakan, “kita tak punya pilihan kecuali mengakui bahwa foton, yang memproses energi, juga memproses
informasi dan bertindak sesuai dengan hal itu.” Percobaan lain, yang ditunjukkan oleh percobaan kristal calcite

• bahwa fenomena identis ini tidak hanya terjadi pada foton, tetapi juga dengan elektron, proton dan bahkan atom wutuh pun berkelakuan seperti ini.

Apa ini artinya adalah bahwa apabila sebutir atom ditembakkan kepada sebuah celah, kelakuannya akan seperti sebuah fenomena gelombang.

Dalam salah satu percobaan, ketika mereka memonitor celah itu di saat sebuah partikel melaluinya, baik pada satu celah ataupun pada dua celah, katakanlah sebuah elektron,
itu melewati celah tersebut sebagai sebuah partikel dan tidak berkelakuan seperti sebuah gelombang.

Partikel itu nampaknya “memilih” untuk berkelakuan seperti sebuah partikel, dan tidak sebagai sebuah gelombang, sebelum dia mencapai celah itu.

Dalam sebuah modifikasi lanjutan dari percobaan celah ganda para penyelidik menempatkan sebuah pemindai (detector) foton pada salah satu dari dua celah itu.

Dengan sebuah pemindai, para fisikawan sekali lagi mengarahkan foton foton itu, satu per satu (bergantian), kepada dua celah tersebut.

Sebuah pola dua strip muncul secara tak diduga, foton tunggal tadi tidak lagi berkelakuan seperti seberkas (cahaya) yang bergerak melalui dua celah sekaligus,
namun sebaliknya setiap foton nampaknya menandai adanya pemindai itu dan menembus celah celah tersebut sebagai sebuah partikel dan tidak nampak pola
interferensi pada layar.

Kehadiran pemindai itu, bicara logisnya harusnya tidak merubah hasil (percobaan).

Partikel itu“merasakan” hadirnya pemindai itu dan sebagai hasilnya (partikel tadi) tetap wutuh (tidak berubah menjadi gelombang).

Mengapa kehadiran pemindai harus menyebabkan perubahan kelakuan foton itu, tidaklah diketahui.

Kekuatan apa yang sedang bekerja yang menyebabkan foton itu bertindak sebelum mencapai pemindai itu.
• Mempertimbangkan bahwa foton itu sudah “membuat keputusan” untuk bertindak sebagai sebuah partikel bahkan sebelum mencapai pemindai itu.

Gerald Schroder “akhir dari garis untuk sebab-akibat (causality). Kondisi identik harusnya memberikan hasil identik pula. Percobaan ini menunjukkan hal yang sebaliknya.”
Gribben, “apa yang kamu dapati dalam keadaan seperti itu adalah bahwa setiap elektron nampak seperti sebuah partikel, bergerak melalui sebuah lubang atau lainnya. Itu berkelakuan seperti
sebuah peluru. Dan loh lihatlah, pola interferensi hilang. Sebagai gantinya pola pada layar adalah satu dari pola yang dihasilkan oleh peluru peluru kecil, yang dikirimkan melalui lubang lubang
secara bebas …. saat penting bergerak melalui lubang itu.” [halaman 59 catatan kaki 5]

Fisikawan telah menciptakan ungkapan “runtuhnya fungsi gelombang” sebagai sebuah penjelasan tentang perubahan kepada kelakuan partikel ketika hanya terjadi di bawah
pengamatan. Hanya ketika diamati saja sebuah partikel akan berkelakuan sebagai sebuah partikel.

Kita mendapati bahwa apakah sebuah pemindai di salah satu dari 2 celah atau 2 pemindai pada masing masing celah yang digunakan, bahwa hasilnya sama saja : adalah hadirnya sebarang
pemindai, bukan jumlahnya yang menyebabkan gelombang itu berubah menjadi partikel. Kesimpulan yang dihasilkan adalah bahwa kenyataan adanya pengamatan jelas jelas merubah
hasil percobaan itu.

Cahaya tetap sebagai sebuah gelombang tanpa pengamatan, namun menggabung menjadi sebuah partikel jika diamati dengan sesuatu yang bisa menangkap fenomena partikel.

[diringkas untuk artikel, taruh rincian percobaan dalam catatan kaki]

Percobaan kedua yang memperagakan “kesadaran pengamatan” adalah ketika gelombang radio digunakan untuk merangsang ion Be. Gelombang itu menyebabkan atom melompat dari keadaan
(status) bumi, dimana elektron level 1 menjadi level 2. Dengan menerapkan impuls radio pada 256 ms tepat, 100% ion ion itu bergeser ke level 2. Begitu juga sebuah semburan 128 ms akan
menyebabkan hanya 50% yang membuat perubahan (level) itu dan jelaslah adanya sebuah hubungan liniar antara waktu dan jumlah ion dalam level 2.

Para penyelidik itu mengembangkan sebuah teknik canggih yang membuat nya bisa mengukur jumlah ion dalam level 1 atau level 2. Teknik ini membuat Tim bisa mengukur dampak
pengamatan tanpa merubah methodologi. Mereka menembakkan alat laser dan membaca berapa banyak ions berada di level 1. Kini jika
para pengamat itu mengamati ion ion itu empat kali dalam jangka waktu 256 ms dari “serangan terhadap” ions di bawah frequensi radio, pada 64, 128, xxx dan 256 ms, hanya 3/4 dari ion ion itu
didapatkan dalam level 1 pada akhir 256 ms. Itu artinya jika seseorang dapat secara berkesinambungan mengamati ion ion itu, ternyata mereka tidak berubah status.
Jadi kegiatan pengamatan ion ion itu membuat jumlah ion yang naik ke level 2 menjadi berkurang. Jika mereka dapat mengamati secara terus menerus, mereka tidak akan mencapai
level 2.

John Gribben berkata: “Jika sekiranya mungkin untuk memindai ion itu sepanjang waktu, mereka tidak akan berubah, sebagaimana disarankan oleh teori quantum ini, (maka) dunia ini hanya ada
karena itu diamati. Dunia hanya akan berubah karena dia tidak diamati terus menerus.” Jadi, sebuah panci pemasak air yang diamati tidak akan mendidih secara teori.
Salah satu teori yang paling banyak diterima adalah bahwa segala sesuatu ada dalam bentuk gelombang alami sampai dia diamati. Pada waktu itulah gelombang itu “runtuh” menjadi sebuah
partikel dan besaran itu menjadi apa yang kita kenali sebagai “realitas”. Sebagai sebuah contoh, cahaya itu kita tangkap dalam pikiran ada dalam bentuk gelombang, sampai dia diamati dengan
mata. Di satu titik antara cornea (mata) dan otak, cahaya tadi berubah menjadi sebuah partikel.

Pada level sel, malaikat ditugaskan untuk setiap sel, setiap molekul dan setiap atom. Para malaikat ini terus menerus “mengucapkan” tasbih. Para malaikat itu selalu “mengamati” obyek itu
yang ditugaskan kepadanya. Inilah yang membuat obyek itu dalam bentuk partikel, yaitu keberadaan mereka. Sekali malaikat yang ditugaskan itu meninggalkan tugasnya atas perintah
Allah, objek itu tidak lagi di bawah pengamatan dan dengan itu kembali berubahlah dia menjadi sifat gelombangnya, atau bahr al-qudra, samudera kekuatan, dan Allah Maha Tahu.

Seluruh alam semesta dalam keberadaan (existence) di bawah Pandangan Allah dalam setiap saat, dan jika Allah menghentikan Pandangan Nya untuk sesaatpun, itu tidak akan
ada lagi

Kini awliyaullah dikaruniai kekuatan untuk berada dalam banyak tempat pada waktu yang bersamaan.

Haqiqat at-tay: boleh jadi karena faktanya awliya bergerak sebagai gelombang, dan berjalan dengan kecepatan cahaya: karena begitu sebuah gelombang ada, itu dibuat menjadi ke
dalam keberadaan nir waktu dan merubah diri mereka menjadi bentuk partikel dan nampak pada satu tempat yang jauh sekali.


Sebagai sebuah gelombang, apabila mereka bergerak ke berbagai tempat, mereka bergerak ke berbagai “celah” yang berada diberbagai lokasi, lalu mereka berubah (lagi)
menjadi partikel,

Ketika Sayyidina Sulaiman berkata, siapa yang dapat membawa `arsy Bilqis, jinn menjawab bahwa menggunakan kekuatannya dia dapat membawanya sebelum …

Mereka yang memiliki ilm al-kitab, mereka ini dapat membawanya melalui bentuk gelombang, dan sebagaimana Arabic mengatakannya, “qabl an yartada ilayk tarfuk.”

Itu berarti sesaat langsung, karena begitu gelombang itu terbentuk itu tidak lagi terkekang oleh waktu sama sekali.

Jadi mungkin bahwa dia merubah `arsy Bilqis kedalam bentuk gelombang, dan karena pada saat itu mereka tersedia pada setiap lokasi di dalam alam semesta, dia secara
gampangnya merubah lagi bentuknya ke dalam bentuk partikelnya di dalam majelis Sayyidina Sulayman (as).

Seorang wanita mendatangi seorang Aulia, sambil menangis “anak lelaki saya dalam sebuah kapal di laut, dan kapal itu telah terbalik dan dia tidak tahu bagaimana berenang.
Mohon tolonglah dia.” Segera Shaykh itu menjulurkan tangannya dan ketika dia menarik lagi tangannya itu dia sedang memegangi anak lelaki wanita tadi dengan tangannya itu,
dan lengannya basah kuyub dengan air.

Kita telah melihat bahwa dengan kekuatan dari cahaya, seorang wali boleh jadi menggunakan gelombang – tubuhnya untuk bergerak dengan kecepatan cahaya. Pada
lokasi kapal yang sedang tenggelam itu, wali itu membuat lengannya menjadi bentuk partikel lagi, menggaet anak lelaki itu dan kemudian merubah kembali dirinya menjadi
bentuk gelombang dan menggerakkan lengannya dan anak lelaki itu ke dalam masjidnya, dimana dia merubah lagi lengannya dan anak lelaki itu kembali ke dalam
kondis partikeli. Inti dari ini adalah untuk menghentikan efek dari pengamatan kepada dirinya, yaitu, para malaikat dari sel sel tubuhnya, yang terus menerus memindai
partikelnya, namun menggunakan metoda yang sama dengan yang digunakan dalam pembalikan polarizer yang ditaruh pada lokasi akhirnya, operasi ini mengambil tempat
ketika shaykh itu tidak sedang diawasi, dia menyelamatkan anak itu dan kembali, memulihkan dirinya sendiri dan anak itu kepada bentuk “partikel”.
Kini pertanyaannya adalah : bagaimana dia bisa bergerak dan nampak diam di tempat?

Jadi seperti efek non-polarisasi dari berkas cahaya di dalam percobaan calcite, Shaykh itu dapat bergerak pada kecepatan cahaya,


Kini kita (bisa) mengerti bahwa pada malam Isra dan Mi`raj, Nabi s.a.w. pergi secara fisik, bukan (hanya) spiritual, ke Hadhirat Allah Azza wa Jalla.

Kita tahu bahwa tubuh dapat bergerak pada kecepatan cahaya, di mana waktu berhenti, dan itulah sebabnya setelah semua perjalanan dari Makkah ke Jerusalem, dan kemudian
ke ketinggian Langit, dia s.a.w. kembali dalam sesaat sebagaimana akan terlihat oleh pengamat, (sekiranya ada pengamat itu). Karena dikatakan, bahwa ketika dia s.a.w.
kembali, air yang dia tumpahkan ketika dibangunkan oleh Jibreel (as), masih menetes, dan pada waktu kembalinya tempat tidur Nabi masih terasa hangat.


Karena mereka berada dalam bentuk cahaya, para Nabi shalat di belakang dia dalam bentuk raga-cahaya nya, dan untuk alasan itulah waktu tidak memberi efek. Kemudian
dia bergerak ke maqam qaaba kawsayni aw adna, bergerak melintasi jarak jutaan tahun cahaya atau lebih, namun kembali dalam sesaat.

Dan pada perjalanan pulang dari Bayt al-maqdis, Nabi s.a.w. mengamati sebuah iringan (qafila) kaum Quraysh, pada perjalanan kembali ke Makkah.
Tubuh jamak

Perbandingan aspek lainnya dari para nabi adalah seperti percobaan celah yang digunakan untuk memperagakan sifat ganda gelombang-partikel tadi itu.


Pada kasus Sayyidina Bayazid, dia memilih untuk bergerak melalui 12,000 lokasi berbeda sebagai gelombang pada saat yang sama.

Jika anda melemparkan sebutir batu ke sebuah kolam, itu akan berefraksi melalui semua dari banyak lubang di jembatan itu.

Sedemikian hingga Aulia itu dapat mengubah dirinya sendiri di lokasi fisik yang berbeda beda, seperti halnya gelombang muncul di berbagai lokasi.

Kini bagaimana dia berkoordinasi antara berbagai penampakan fisik dirinya itu – bukankah ini sebuah pertanyaan yang adil?

Sekali waktu mereka bertanya kepada Bayazid al-Bistami, di berapa tempat anda shalat hari ini. Dia bilang, “duabelas ribu.”

Dia kemudian bertanya, “tanyakan kepada orang ini dan orang itu, jika anda inginkan bukti.”

Itu artinya semua 12,000 berada di bawah satu keberadaan (existence) dan satu kesadaran.

Ini sama dengan apa yang terlihat di dalam percobaan itu, yaitu bahwa jika sebuah berkas cahaya dipisahkan, masing masing berkas mengetahui tentang
bagiannya yang lain yang terpisah itu, secara sesaat.

• Gelombang seperti EM dan gelombang cahaya terbatas kepada kecepatan cahaya. Mereka itu disebut lokal.

Medium lain yang bertindak di luar waktu, dikenal sebagai non-lokal dan bergerak lebih cepat dari kecepatan cahaya – seperti visi dan telepathi dalam istilah manusia. Para
matematisian dan fisikawan telah benar benar membuktikan non-lokal ini dalam percobaan berikut ini.
• Dalam tahun 1930, Einstein, Podolski dan Rosen, (EPR) berkolaborasi di dalam sebuah percobaan “pikiran” yang dikenal sebagai percobaan EPR. Mereka menciptakan percobaan ini
sebagai sebuah argumentasi (sanggahan) terhadap non-lokal. Einstein telah bersuara sangat vokal menentang konsep ini, karena konsep itu secara tak langsung mengartikan bahwa realitas
sesungguhnya adalah diciptakan oleh pengamatan. Einstein tidak hidup untuk menyaksikan percobaan yang dilakukan dalam tahun 1964, John Bell
menerbitkan bukti matematis pertama yang dikenal sebagai Teori Bell tentang Ketidak-samaan Bell, membuktikan adanya non-lokalitas, Tidak sebelum tahun 1972 di mana John Clauser
melaksanakan percobaan EPR sains sungguhan di Berkeley. Dalam tahun 1982 Alain Aspect mengulang versi yang diperkaya terhadap percobaan itu. Kedua
percobaan itu membuktikan non-lokalitas.

Dalam percobaan itu, patikel yang dirangsang menghasilkan 2 foton. Masing masing bergerak di arah yang berlawanan. Ketika setiap pasangan foton berpisah, mereka diamati sebagai kembar
(identik) dalam semua aspek, kecuali arah bergerak mereka, termasuk sebuah kualitas penting yang disebut polarizasi. Polarizasi adalah sudut di mana gelombang cahaya itu dibelokkan di
dalam ruang. Jadi kalau salah satunya dipolarizasi pada nol derajat, maka yang satu lagi juga begitu. Clauser dan Aspect menggunakan aspek ini untuk melaksanakan analisa mereka tentang nonlokalitas.


Dalam percobaan calcite crystal (tersebut diatas), calcite itu memiliki sifat dapat membelah seberkas cahaya menjadi menjadi dua berkas sejajar, jadi sebagai gantinya dua celah, para
peneliti menggunakan calcite untuk memisahkan berkas cahaya. Dalam percobaan ini yang dibuat dalam tahun 1991 oleh fisikawan Martin Sculley foton
diperlihatkan berkelakuan satu begini bila diamati, dan kelakuannya lain lagi bila tidak diamati. Setelah berkas foton dibelah oleh kristal calcite, masing masing separuh hasilnya diarahkan
melalui cermin kepada sebuah pemecah berkas, yang meneruskan separuh cahaya dan memantulkan yang separuh lagi.

Jadi foton itu ditembakkan, lalu terbelah menjadi dua berkas, itu mengenai pemecah berkas, dan kemudian dari pemecah berkas akan dipantulkan ke satu pemindai atau (separuhnya)
menerobos pemecah berkas itu dan diterima oleh pemindai yang lain. Itu seperti sebuah katup digital, yang memantulkan atau meneruskan cahaya itu.
Jadi secara teoritis, dengan sebuah foton, itu hanya akan memantulkan atau meneruskan foton tunggal tersebut, tetapi tidak kedua duanya. Jadi terdapat 50% kemungkinan sebarang foton
yang ditembakkan di jalur ini akan dipantulkan atau diteruskan. Foton foton itu terlihat bergerak dengan cara seperti tersebut di atas kepada pemindai satu atau
dua, dibelah melalui kristal itu kedalam dua berkas dan dipantulkan melalui cermin kepada pemecah berkas. Dari situ foton itu akan mengenai pemindai satu atau dua, tetapi tidak akan
kepada kedua duanya sekaligus.

Mereka nampak mengatur diri mereka sendiri ke dalam pola awal foton, dimana jika separuh dipantulkan pada pemecah berkas maka separuh lagi akan diteruskan.
Tindakan pengamatan dilaksanakan menggunakan cermin terpolarisasi, dan apabila sebuah polarizer balik ditempatkan di depan pemindai pada akhir lintasan cahaya, foton itu berkelakuan
(seperti) jika tidak diamati.

Para peneliti itu kemudian memodifikasi percobaan itu menjadi pada lintasan yang akan dilewati cahaya ditempatkan sebuah polarizer 90-derajat. Dengan mem-polarisasikannya 90 derajat, para
fisikawan itu meyakini bahwa mereka dapat mengamati foton itu, dengan membeda bedakannya. Anehnya, taktik pemindaian ini merubah mekanisme rekonstruksi dan foton tunggal tadi kini
menjalani dua lintasan, menggerakkan kedua pemindai secara bersamaan. Ketika mereka menempatkan sebuah polarizer balik pada akhir lintasan di depan masing masing
pemindai, yang sesungguhnya meniadakan efek polarisasi, setelah pemecah berkas, maka foton itu hanya menggerakkan satu pemindai atau lainnya.

Adalah pengamatan ini yang membawa para peneliti itu untuk menyimpulkan bahwa foton itu kenyataannya telah mengenali perubahan sistem pengamatan setelah dia diteruskan, yang
artinya foton itu dibuat “sadar” akan perubahan tersebut, dan menyesuaikan kelakuannya setelah melewati lintasannya itu (circuit).
Percobaan ini membuat bengong para ilmuwan yang membaca hasilnya, karena itu menunjukkan bahwa foton cahaya sesungguhnya bukan hanya sadar sedang diamati namun juga sadar
tentang perubahan dalam methoda pengamatan setelah “ditembakkan” dari sumber cahaya. Dari pengamatan seperti itu, para pemikir besar ditinggalkan dalam keadaan tercengang. Neils
Bohr sekali waktu memberi keomentar, “Mereka yang tidak tercengang ketika pertama kali menjumpai teori quantum ini tidak dapat ‘mungkin telah memahami-nya’.”

Perbedaan antara yang hidup dan yang mati

Dari seluruh diskusi di atas, adalah jelas bahwa pelaksanaan pengamatan dari para malaikat itu kepada sel sel dan partkikel manusia adalah yang “mengaktifkan” keberadaan mereka pada
tataran (dataran)

Mereka yang hidup memiliki sebuah raga dan sebuah jiwa. Mereka yang mati memiliki jiwa namun tanpa raga. Jiwa itu adalah bentuk “energi”, atau raga-cahaya. Perbedaan utama antara
kedua nya adalah bahwa para malaikat telah disingkirkan dari raga itu, yang hadir di dalam setiap makhluq hidup, yang kegiatan pengamatannya menyebabkan sebuah obyek untuk
mempertahankan bentuk partikelnya. Sekali para malaikat ini disingkirkan, pengamatan berhenti dan jiwanya berubah menjadi bentuk energi dan bergerak dengan bebas.
Energi itu, jiwa itu, masih di sana.

Koneksi Uwaisi

Dalam percobaan EPR, polarizer itu ditempatkan …

Dalam peristiwa terkenal dari Sayyidina Umar yang melihat panglimanya Sariya, dia mampu melihat apa yang terjadi melintasi bumi. Memindai bahaya, waktu itu dia mampu meneriaki
Sariya, dan mengatakan kepadanya apa yang harus dikerjakan dan Sariya mendengar nya dan bertindak sesuai perintah.
Dan pendengaran itu sederhananya adalah sebuah kegiatan getaran udara yang mengenai gendang telinga dan kemudian dirubah menjadi sebuah “gelombang otak” yang menjalar ke
bagian pendengaran dari otak (mind). Jadi kita bisa mengandai andai bahwa Sayyidina Umar memancarkan suatu gelombang otak dari
pikirannya ketika dia berbicara, yang melintasi dari Madina ke Sham dengan kecepatan cahaya dan gelombang ini “dipungut” oleh “penerima/receiver” Sariyya dan dirubah menjadi suara nyata
melalui sinyal listrik yang berlangsung di dalam bagian aural/audio dari otak. Nah ini masuk akal untuk dimengerti dari pandangan fisika. Namun kemudian pertanyaannya
adalah bagaimana Sayyidina Umar melihat apa yang terjadi ke pada Sariya?

Pada kecepatan pikiran,


Jika anda punya pemancar dan penerima untuk menerima gelombang pikiran, maka komunikasi dilakukan dengan transmisi gelombang (pikiran), bukan dengan gelombang
suara.

Jadi kita mendapati bahwa Shaykhs, melalui koneksi Uwaysi itu, dapat berkomunikasi antara sesamanya melintasi jarak dan dari sesorang yang meninggal kepada orang yang
hidup.

Agar supaya berkomunikasi murid Shaykh harus berkomunikasi kepada bentuk gelombang, itulah sebabnya jika dia masih belum terlatih, dia hanya bisa menerima
transmisi seperti itu dalam mimpinya.

Namun kita tahu bahwa khususnya dalam … Shaykh akan mengatakan, ‘tunggu sampai besok, dan aku akan duduk dengan Nabi s.a.w. dan dia mendapatkan izinnya.’

Kemudian terdapat masa menunggu dan persiapan, dan Shaykh akan bertemu dengan Nabi s.a.w. dalam majelisnya.

Kita melihat bahwa Sayyidina Bayazid, setelah sekarat dalam tempat sampah, menjadi mengerti pembicaraan hewan. Apakah itu sesungguhnya mendengar anjing berkata,
gonggongannya atau itu mendengar gelombang otak si anjing, yang mengatakan “jangan sentuh tulang itu, itu punyaku.”

Begitu juga, Sayyidina Sulayman a.s. diberi karunia hadiah mengerti pembicaraan hewan dan burung, dan dari kejauhan mendengar peringatan semut kepada kelompoknya ….
Dia tersenyum ketika mendengar ini dan memuji (berterima kasih kepada) Allah untuk karunia Nya itu.

Apakah semut itu sesungguhnya berbicara begitu keras untuk didengar Sayidina Sulayman atau dia sesungguhnya berkomunikasi melalui gelombang pikiran semut
kepada “penerima” nya?

• Berbicara artinya otak harus merumuskan sebuah rangkaian suara dan kemudian mengirimkan pesan itu ke tali suara dan lidah untuk membentuk suara dari setiap kata
itu.

Namun begitu seseorang menyuarakan pikirannya, pikiran itu sudah dipancarkan (lebih dulu).

Melisankan pikiran membangun satu bentuk gelombang otak, yang adalah yang secara relatif (nisbi) intensif (kental) dibandingkan dengan panjang gelombang pikiran yang tetap
tersembunyi, atau yang oleh yang memikirkan ingin disembunyikan.

Awliya, dikaruniai dengan kemampuan untuk membaca gelombang otak (pikiran), jadi dapat menerima pikiran orang lain di sekitarnya dan membaca mereka seperti seseorang
membaca sebuah buku.

Jadi sekali dipikirkan, atau khatir bergerak melalui qalbu seseorang, wali dapat menerima nya dan mengertinya, meskipun dia yang memikirkan itu tidak mengerti bahasanya.
Jika seorang gila membunuh seseorang, dia tidak (bisa disuruh) bertanggung jawab. Itu adalah karena kapasitas otaknya berada di bawah kapasitas seorang muballagh, dia seperti seorang
anak kecil. Otaknya tidak mampu melakukan kegiatan pada level “pemancaran/transmisi.”

Sifat Ganda gelombang-partikel

Mereka yang hidup berada dalam sifat ganda partikel dan gelombang, namun hanya pribadi yang spiritualnya sudah “diaktifkan” yang dapat menggunakan kekuatan di dalam sifat ganda ini.
Mereka yang meninggal adalah dalam bentuk spiritualnya, tubuh-gelombangnya, namun jika dia belum diaktifkan kekuatan dalam dirinya sebelum meninggalnya, dia masih tidak dapat
menggunakan kekuatan itu untuk bergerak di dalam dimensi spiritual.

Dikatakan bahwa awliya, apabila mereka meninggal, memiliki kekuatan yang lebih dari pada ketika mereka masih di dalam bentuk fisiknya. Itu karena pada saat itu mereka menjadi spirit/ruh
murni dan setelah dibebaskan sama sekali dari ikatan fisik dari bentuk partikelnya menjadi dapat bergerak secara bebas.

Aspek gelombang dari manusia telah dikaruniakan kepada semua manusia. Namun kecuali anda bisa mengaktifkan aspek itu, anda tidak dapat mememanfa’atkan itu. Para awliya itu yang telah
mengaktifkan aspek itu, dapat “memadamkan para pengamat” membuat mereka dapat bergerak sebagai sebuah gelombang, dan dalam mendapatkan aspek cahaya mereka itu, mencapai
keberadaan yang tidak bergantung waktu – hadir pada setiap saat dan setiap tempat yang telah dicapai ciptaan itu sejak awal nya pada Ledakan Agung.

Haqiqat al-jazba – kekuatan tarikan

Ketika anda merasa sedang diamati, dan anda menoleh dan mendapati seseorang sedang memandang anda, itu artinya bahwa spirit anda telah merasakan semacam gangguan. Indera
spirit yang sedang ditarik atau ditolak ini dirasakan oleh semua orang. Beberapa spirit adalah mutajaniseen dan beberapa lainnya adalah mutanafireen – anda bertemu seseorang dan segera
anda merasa ditolak atau ditarik.

Al-arwaahu junudan mujanada.

Sebagaimana dalam istilah fisik, kita mengenali orang yang gemuk dan orang yang kurus, dan masing masing memiliki massa yang berbeda, mengeluarkan gaya gravitasi, spirits juga memiliki
dimensi – massa spiritual. Jadi ada spirit yang “gemuk” dan ada spirits “kurus”. Apabila seorang Shaykh telah dikaruniai haqiqat al-jazba, massa spiritualnya menjadi sangat
besar. Sebagaimana dalam istilah fisik, diperlihatkan bahwa sebuah lubang hitam, yang adalah sebuah obyek yang masif yang telah menjadi begitu padat sehingga bahkan gelombang cahaya
pun tak dapat lepas dari sedotannya, jadi seperti halnya gravitasi sebuah lubang hitam, (yang) akan menerapkan sebuah kekuatan tarikan dahsyat dan menyebabkan spirit lain di sekitarnya
tersedot olehnya. Ejowantah/manifestasi luar nya adalah bahwa seseorang yang jatuh dalam pengaruh tarikan akan tertarik untuk duduk bersama Shaykh atau mulai bertanya tanya kepada
murid Shaykh “siapakah dia? Apa yang diajarkan?” dan seterusnya.

Atau kita bahkan bisa melihat bahwa seseorang, setelah bertemu Shaykh dalam perjalanan, dalam 10 atau 15 menit mengucapkan shahadat dan masuk jalan Islam.

Shaykh yang dikaruniai dengan haqiqat al-jazba, dapat melipat-gandakan pemahamn anda. Dia mampu merangsang “electrons” anda dari level satu ke level dua dalam level quantum. Itulah apa
yang menyebabkan “stimulasi” dari orang yang tertarik. Itulah sebabnya ketika seseorang duduk dalam hadirat seorang Shaykh, bahkan jika dia tidak
bercakap cakap atau berkomunikasi, dia merasa bersemangat dan aktif. Ini adalah efek dari energi spiritual nya pada “electrons” tubuh spiritualnya.
Seringkali ini dialami oleh si murid : dia mendatangi Shaykh dengan sebuah qalbu yang berat karena sedang mengalami cobaan atau ujian. Segera sesudah berada dalam hadirat Shaykh
spirits nya terangkat dan dia merasa bebannya terangkat. Begitu dia meninggalkan hadiratnya itu, beban itu kembali, meskipun saat itu mereka mungkin merasa lebih ringan.


Ini dapat dibandingkan dengan efek dari polarizer yang ditempatkan di percobaan calcite crystal. Ketika sebuah polarizer terbalik dipasang, sekonyong konyong partikel itu berubah ke sifat
gelombang. [complex]

Ketika seorang Shaykh memegang haqiqat al-jazba, shaykh itu terus menerus memancarkan
energi atau pikiran positif.


Nama Nama

Allah memerintahkan para malaikat untuk bersujud kepada Nabi Adam (as) di Langit (Surga) dan mereka patuh. Adalah sangat menantang untuk memahami percakapan yang muncul antara
Allah dan para malaikat pada saat Allah menciptakan Nabi Adam (as). Para malaikat, karena keingin-tahuan atau mungkin kekhawatiran, dan Allah Maha Tahu,
bertanya kepada Allah apakah Dia sedang menciptakan sesuatu yang akan membuat korupsi di bumi dan menumpahkan darah, sementara pada sisi lain mereka selalu menyanyikan pepujian
bagi Nya? Dan Allah, dalam jawaban Nya, memberi sebuah kunci (isyarat) tentang mengapa fadl itu, khususiyya itu dikaruniakan kepada Nabi Adam (as). Dia menjawab, “innee `aalamu ma la
ta`alamun.” – “ Aku Tahu yang tidak kamu ketahui.” Ketika Allah mengatakan ini, Dia maksudkan, wallahu `aalam, “Aku menganugerahkan dari ‘yang Aku tahu’ (innee `aalamu) kepada Nabi Adam
as – dan pemberian itu kalian para malaikat tidak memilikinya (ma la ta`alamun).”

Ini yang diperagakan Nabi Adam a.s. secara meyakinkan kepada para malaikat, ketika atas perintah Allah, dia mengungkapkan Nama Nama itu. Awliya mengatakan nama nama itu
bukanlah nama dari ciptaan Allah, satu demi satu. Namun mereka adalah Nama Nama yang menjadi sumber dari ciptaan Allah itu, karena sebagaimana Mawlana mengatakan, “setiap
ciptaan memiliki Nama Ilahiah nya yang khusus dan unik miliknya, tidak miliki bersama dengan ciptaan lainnya– siffat, bi la sharik.” Itu adalah Nama Ilahiah yang memberi setiap benda khas,
keberadaannya. Nama Nama ini bukanlah dari Dzat Nya, karena tak satupun ciptaan dapat memuat satu aspek dari Dzat Nya, namun dari Uraian dan Busana / Attributes (asma’I was-siffat).

Para malaikat pada sisi lain, kehilangan kata kata untuk diucapkan (tentang) apa Nama Nama itu dan mengaku: qalu la `ilma lana illa ma `alamtana, innaka anta as-sami`ul `alim.
Mereka tidak memiliki ilmu tentang aspek ciptaan yang ini– Nama Ilahiah di belakang setiap ciptaan. Setiap ciptaan menjadi ada di bawah cahaya dari Nama Ilahiah. Apakah identitas itu? Dari mana
itu datangnya? Kita merasa kita adalah diri kita, lokasi kita, kesadaran kita ada di dalam otak kita. Kesadaran kita datang dari apa? Kita menjadi sadar melalui pengenalan – hubungan kita
dengan sekitar kita. Ini mulai berdampak pada kita ketika kita dilahirkan– sekonyong konyong indera kita mulai bekerja. Bayi tidak memiliki indera tentang diri, namun telinga, mata, lidah,
inderanya sedang diisi dengan data, informasi setiap saat.

Mawlana menjelaskan bahwa bayi tidak memiliki diri : dia masih berada dalam Hadirat Ilahi. Titu artinya bayi itu tidak membedakan keberadaannya dari ciptaan. Dia masih menerima informasi
melalui dimensi spiritual nya. Dia sedang hidup dalam Bahr al-rahma dari Allah Kasih Ilahi.


Diambil dari God at the Speed of Light oleh T. Lee Baumann, MD

No comments:

Post a Comment